Patofisiologi Luka Bakar
Perubahan
Lokal
·
Luka bakar menyebabkan nekrosis
koagulativa epidermis dan jaringan dibawahnya kedalamannya bergantung pada suhu
dan lamanya pejanan yang mengenai kulit
·
Luka bakar diklasifikasikan menjadi 5
kategori berdasarkan penyebabnya yang berbeda-beda. Penyebabnya yaitu cedera
akibat api, cairan panas (mendidih), kontak dengan benda panas atau dingin,
pajanan kimia dan konduksi listrik. Tiga penyebab pertama tersebut menimbulkan
kerusakan sel terutama melalui transport
energy, yang menyebabkan nekrosis koagulativ. Bahab kimia dan listrik
menyebabkan cedera terhadap membrane sel secara langsung selain melalui
transfer panas.
·
Daerah cedera pada kulit dibagi menjadi
3 zona : zona koagulasi, zona statis dan zona hipertermia.
·
Daerah nekrotik pada luka tempat
terjadinya kerusakan sel, dinamakan zona
koagulasi; jaringan ini rusak secara ireversibel pada saat luka terjadi.
·
Zona statis adalah daerah yang segera
mengelilingi zona nekrotik yang mempunyai tingkat kerusakan sedang disertai
penurunan perfusi jaringan dan bergantung pada lingkungan luka, dapat bertahan
hidup berlanjut ke nekrosis koagulatif.
·
Daerah terakhir dinamakan zona
hipertermia, yang ditandai dengan vasodilatasi akibat inflamasi yang
mengeliilingi luka bakar dan mengandung jaringan yang tampak jelas sebagai
tempat mulainya proses penyembuhan; umumnya tidak beresiko berkembang menjadi
nekrosis .
Kedalaman Luka Bakar
1. Luka
bakar derajat Satu
·
Cedera terbatas hanya di epidermis
·
Nyeri, eritematosa, dan memucat bila disentuh
sawar epidermis masih intak.
·
Tidak menimbulkan jaringan parut, dan
pengobatan ditujukan untuk memberikan rasa nyaman.
2. Luka
bakar derajat dua
·
Terbagi menjadi 2 tipe, dangkal dan
dalam
·
Luka bakar derajat dua-dangkalberupa
eritematosa, nyeri, memucat bila di sentuh, dan sering kali melepuh.
·
Terjadi reepitalisasispontan dari
struktur epidermis yang tersisa dalam lapisan Malpigi rate ridges, folikel
rambut, dan kelenjar keringat dalam 7-14 hari
·
Luka bakar derajat dua-dalam yang hingga
mencapai dermis lapisan retikuler, tampak lebih pucat dan berbintik-bintik,
tidak memucat bila disentuh, tetapi masih terasa nyeri dengan tusukan jarum.
·
Menyembuh dalam 14-35 hari melalui
re-epitalisasi folikel rambut dan keratinosit kelenjar keringat, seringkali
disertai pembentukan jaringan parut akibat hilangnya dermis.
3. Luka
bakar derajat tiga
·
Full thickness epidermis dan dermis,
yang ditandai dengan eskar kasar yang keras tapi tidak nyeri, dan berwarna
hitam, putih, atau merah cherry.
·
Tidak tersisa bagian epidermis atau
dermis; oleh karena itu, proses penyembuhan luka ini harus sembuh melalui
reepitalisasi dari tepi luka.
·
Luka bakar derajat dua-dalam dan
full-thickness memerlukan eksisi dengan grafting kulit agar luka dalam sembuh
dengan waktu yang tidak terlalu lama.
4. Luka
bakar derajat empat
·
Mengenai organ lain di bawah kulit,
seperti otot, tulang, atau otak.
Luas
Luka Bakar
1. Luas
luka bakar umumnya dinilai dengan “rule of nines”
2. Anak-anak
relative memiliki permukaan tubuh yang lebih besasr pada kepala dan leher, yang
dikompensasi dengan daerah permukaan yang lebih kecil pada ekstermitas bawah.
Perubahan Sistemik
·
Luka bakar yang signifikan akan
menyebabkan pelepasan massif mediator-mediator inflamasi, baik pada luka maupun
jaringan lain.
·
Mediator ini menimbulkan vasokontriksi
dan vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler,serta edema local dan pada
organ yang jauh
·
Setelah terjadinya luka bakar yang
berat, fungsi sel T helper menurun akibat polarisasi respons T helper 1 (TH1)
terhadap T helper 2 (TH2).
·
Luka bakar juga mengganggu aktivitas
limfosit-T sitotoksik seiring dengan besarnya luka bakar sehingga meningkatkan
resiko infeksi, terutama akibat jamur dan virus.
·
Setelah terjadi luka bakar berat dan
kemudian dilakukan resusitasi, terjadi hipermetabolisme, yang ditandai dengan
takikardia, peningkatan curah jantung, pengeluaran energy, konsumsi oksigen,
lopolisis dan proteolisis masif, serta kehilangan nitrogen yang berat.
·
Hipermetabolisme terlihat paling jelas
pada pasien cedera luka bakar berat yang dapat bertahan selama berbulan-bulan,
yaitu berupa kehilanhan berat badan massif dan penurunan kekuatan ( terutama
saat berusaha/proses sembuh dari komplikasi yang menyertai cedara luka bakar )
·
Perubahan metabolism ini sebagian
diakibatkan oleh pelepasan hormone katabolic, yaitu katekolamin,
glukokortikoid, dan glucagon.
PENATALAKSANAAN LUKA
BAKAR
1. Pemeriksaan
Awal
·
Cedera jalan nafas harus diduga jika
luka bakar mengenai wajah, bulu hidung menjadi hangus, sputum mengandung karbon
dan takipnea.
·
Obstruksi jalan nafas atas dapat
berkembang dengan cepat, dan status respirasi harus di monitor secara continue
untuk menilai apakah pasien memerlukan control jalan nafas dan bantuan
ventilasi.
·
Suara serak yang progresif merupakan
tanda akan terjadi obstruksi jalan nafas, dan intubasi endotrakeal sebaiknya
dilakukan di awal sebelum edema mengganggu jalan nafas bagian atas
·
Adanya pulsasi pada ektermitas distal,
cukup untuk menentukan sirkulasi darah yang adekuat sampai pemantauan seperti
pengukuran tekanan arteri dan keluaran urine bias dilakukan
·
Cedera traumatic lain mungkin menyertai
luka bakar, dan jika mengancam jiwa, sebaiknya ditangani terlebih dahulu
·
Nyeri merupakan komponen umum pada luka
bakar dan dapat diobati dengan pemberian morfin intravena dosis kecil setelah
pemeriksaan awal selesai dilakukan
RESUSITASI
·
Akses vena paling baik diperoleh dengan
kateter perifer pendek pada kulit yang tidak terbakar ; namun vena pada kulit
yang terbakar pun dapat digunakan
·
Insisi vena safena bermanfaat jika sulit
untuk menemukan akses infuse. Insisi vena ini lebih disukai dibandingkan dengan
kanulasi vena sentral, karena komplikasinya lebih rendah
·
Pada anak berusia kurang dari 6 tahun,
dapat digunakan akses intramedular di tibia proksimal
·
Larutan RL tanpa Dekstrosa merupakan
larutan pilihan kecuali pada anak-anak kurang dari 2 tahun, yang harus
diberikan RL dekstrosa 5%
·
Banyaknya cairan awal yang akan
diberikan, dapat dihitung cepat dengan mengalihkan daerah permukaan tubuh total
(total body surface area, TBSA) yang terbakar dengan BB pasien dalam Kg
kemudian dibagi 8.
·
Jumlah cairan yang diperlukan untuk
mempertahankan perfusi adekaut dapat dengan mudah dipantau dengan melihat
fungsi ginjal normal, dengan cra menghitung volume keluaran urinnya.
·
Perubahan laju pemberian cairan
intravena sebaiknya ditentukan perjam dengan melihat respon pasien tehadap
volume cairan yang diberikan.
ESKAROTOMI
·
Pada saat lika bakar derajat dua dalam
dan derajat tiga mengenai lingkar ektermitas, sirkulassi perifer ke ekstermitas
dapat terganggu.
·
Timbulnya edema menyeluruh dibawah eskar
dapat mngganggu outflow vena dan akhirnya mempengaruhi inflow arteri yang
mendarahi daerah distal.
·
Hal ini dapat dikenali dengan rasa baal
dan kesemutan pada tungkai, makin hebatnya rasa nyeri di jari-jari dan adanya
melambatnya capillary refille
·
Aliran arteri dapat dinilai melaului
pemeriksaan sinyal dopler
·
Ektermitas yang terganngu memerlukaan
eskarotomi, yaitu melepaskan eskar luka bakar langsung ditempat tidur pasien,
dengan melakukan insisi dibagian lateral dan medial ekstermitas menggunakan
scalpel atau elektrokauter
·
Eskar yang mengerut harus di insisi
secara longitudinal untuk memperbaiki aliran darah
·
Adanya peningkatan tekanan konpertemen
otot memerlukan fasciotomi
·
Setiap penurunan ventilasi pada pasien
luka bakar seharunya menimbulkan inspeksi untuk mencari kelainan yang
mengganggu pergerakan dada, dengan melakukan eskarotomi trunkus dengan benar
untuk menghilangkan konstriksi dan memungkinkan volume tidal yang adekuat.
[link] youtube
BalasHapusyoutube [link] youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube mp4 youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube.