FISIOTERAPI DADA
A. PENGERTIAN
Fisioterapi dada adalah: suatu
rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas perkusi dan vibrasi, postural
drainase, latihan pernapasan/napas dalam, dan batuk yang efektif. (Brunner
& Suddarth, 2002: 647)
Tujuan: untuk membuang sekresi
bronkial, memperbaiki ventilasi, dan meningkatkan efisiensi otot-otot
pernapasan.
Dalam memberikan fisioterapi pada
anak harus diingat keadaan anatomi dan fisiologi anak seperti pada bayi yang belum
memiliki mekanisme batuk yang baik sehingga mereka tidak dapat membersihkan
jalan nafas secara sempurna. Sebagai tambahan dalam memberikan fisioterapi
harus didapat kepercayaan dari anak-anak karena anak-anak sering tidak
kooperatif.
B. INDIKASI DAN KONTRA
INDIKASI FISIOTERAPI DADA.
- Indikasi:
·
Terdapat penumpukan
sekret pada saluran napas yang dibuktikan dengan pengkajian fisik, X Ray, dan
data klinis.
·
Sulit mengeluarkan atau membatukkan
sekresi yang terdapat pada saluran pernapasan.
- Kontra
indikasi:
· Hemoptisis
· Penyakit
jantung
· Serangan Asma
Akut
· Deformitas
struktur dinding dada dan tulang belakang.
· Nyeri
meningkat.
· Kepala pening
· Kelemahan.
C. DIAGNOSA
KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan fisioterapi
dada adalah:
- Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan mukus banyak/ sekresi yang tertahan/ sekresi di bronkus.(NANDA).
- Pola napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
yang kental dan berlebihan(Linda Jual Carpenito).
D. KONSEP
FISIOLOGIS FISIOTERAPI DADA.
- Perkusi
Perkusi atau
disebut clapping adalah tepukkan atau pukulan ringan pada dinding dada klien
menggunakan telapak tangan yang dibentuk seperti mangkuk dengan gerakan
berirama di atas segmen paru yang akan dialirkan. Perkusi dapat membantu
melepaskan sekresi yang melekat pada dinding bronkus dan bronkiolus.
- Vibrasi
Vibrasi adalah
kompresi dan getaran kuat secara serial oleh tangan yang diletakan secara datar
pada dinding dada klien selama fase ekshalasi pernapasan.Vibrasi dilakukan
setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi sehingga dapat
melepaskan mucus kental yang melekat pada bronkus dan bronkiolus. Vibrasi dan
perkusi dilakukan secara bergantian.
- Postural
Drainase
Postural drainase adalah
pengaliran sekresi dari berbagai segmen paru dengan bantuan gravitasi. Postural
drainase menggunakan posisi khusus yang memungkinkan gaya gravitasi membantu
mengeluarkan sekresi bronkial. Sekresi mengalir dari bronkiolus yang terkena ke
bronki dan trakea lalu membuangnya dengan membatukkan dan pengisapan.
Tujuan postural
drainase adalah menghilangkan atau mencegah obstruksi bronkial yang disebabkan
oleh akumulasi sekresi.
Dilakukan sebelum
makan (untuk mencegah mual, muntah dan aspirasi ) dan menjelang/sebelum tidur.
- Latihan Pernapasan/napas
dalam
Latihan
pernapasan adalah bentuk latihan dan praktek teratur yang dirancang dan
dijalankan untuk mencapai ventilasi yang terkontrol dan efisien serta
mengurangi kerja pernapasan. Latihan pernapasan ini juga diindikasikan pada
klien dispnoe dan klien yang masih dalam tahap penyembuhan setelah pembedahan
thoraks.
Latihan pernapasan terdiri dari:
·
Pernapasan diafragma atau pernapasan
abdominal: menggunakan diafragma dan dapat menguatkan diafragma selama
pernapasan sehingga memungkinkan napas dalam secara penuh dengan sedikit usaha.
·
Pernapasan bibir dirapatkan/ pursed lip
breathing: pernapasan dengan bibir dirapatkan untuk memperpanjang ekshalasi dan
meningkatkan tekanan jalan napas selama ekspirasi dengan demikian mengurangi
jumlah udara yang terjebak dan jumlah tahanan jalan napas.
Tujuan latihan pernapasan:
·
meningkatkan inflasi alveolar yang
maksimal
·
meningkatkan relaksasi otot pernapasan
·
menghilangkan atau menghindari pola
aktivitas otot-otot pernapasan yang tidak berguna dan tidak terkoordinasi
·
menurunkan frekuensi pernapasan
·
mengurangi kerja pernapasan
·
menghilangkan ansietas.
- Batuk
Efektif
Batuk efektif
merupakan latihan batuk untuk mengeluarkan sekresi. Setiap tiga
atau empat kali perkusi vibrasi klien didorong untuk batuk
efektif.
E.
HINDARI
FISIOTERAPI BILA:
1.
Kondisi
batuk pilek yang dialami anak tergolong berat atau disertai demam.
2.
Anak
mengalami sesak yang parah karena dengan fisioterapi malah bisa menambah
sesaknya.
3.
Anak
baru saja menghabiskan makannya karena dapat mengakibatkan muntah.
F.
SYARAT
FISIOTERAPI
1.
Sebelumnya,
anak sudah banyak minum air putih.
2.
Pakaian
yang dikenakan harus longgar.
3.
Ruangan
yang dipakai tidak banyak berdebu, tidak lembap, ventilasi udara baik.
4.
Tersedia
perlengkapan yang dibutuhkan:
·
bantal
·
tempat
tidur dan kursi
·
alat
nebulizer
G.
ASPEK
KEAMANAN DAN KESELAMATAN
1. Perkusi tidak boleh dilakukan pada
daerah yang mudah terjadi cedera,seperti mammae, sternum, dan ginjal
2. Saat melakukan tindakan perkusi dan
vibrasi pada anak harus diperhatikan tekanannya jangan sampai menimbulkan
fraktur
3. Sebelum melakukan fisioterapi dada
sebaiknya apabila anak belum minum air hangat anjurkan untuk minum air hangat
untuk membantu mengencerkan sekretnya
H. KONDISI YANG MENGIZINKAN FISIOTERAPI
·
Dokter
menyarankan anak menjalani fisioterapi.
·
Batuk-pilek
ringan (tidak disertai demam dan lamanya belum lebih dari 3 hari).
I. TAHAPAN FISIOTERAPI
1.
Postural
Drainage
Tahapan
ini disebut juga dengan postural drainage, yakni pengaturan posisi tubuhuntuk
membantu mengalirkan lendir yang terkumpul di suatu area ke arah cabang bronchus
utama (saluran napas utama) sehingga lendir bisa dikeluarkan dengan cara
dibatukkan. Untuk itu, orang tua mesti mengetahui di mana letak lendir
berkumpul.
Caranya:
Caranya:
·
Taruh
tangan di bagian dada atau punggung anak.
·
Minta
anak menarik nafas dalam-dalam lalu keluarkan melalui mulut secara perlahan.
·
Dekatkan
telinga kita ke tubuhnya dan dengarkan asal bunyi lendir. Biasanya lendir yang
mengumpul akan menimbulkan suara. Atau, rasakan getarannya.
·
Setelah
letak lendir berhasil ditemukan, atur posisi anak:
Bila lendir berada di paru-paru bawah maka letak kepala harus lebih rendah dari
dada agar lendir mengalir ke arah bronkhus utama. Posisi anak dalam keadaan
tengkurap.
Kalau posisi lendir di paru-paru bagian atas maka kepala harus lebih tinggi agar
lendir mengalir ke cabang utama. Posisi anak dalam keadaan telentang.
Kalau lendir di bagian paru-paru samping/lateral, maka posisikan anak dengan miring ke samping, tangan lurus ke atas kepala dan kaki seperti memeluk guling.
Kalau posisi lendir di paru-paru bagian atas maka kepala harus lebih tinggi agar
lendir mengalir ke cabang utama. Posisi anak dalam keadaan telentang.
Kalau lendir di bagian paru-paru samping/lateral, maka posisikan anak dengan miring ke samping, tangan lurus ke atas kepala dan kaki seperti memeluk guling.
2. PERKUSI DAN VIBRASI
Teknik
pemukulan ritmik dilakukan dengan telapak tangan yang melekuk pada dinding dada
atau punggung. Tujuannya melepaskan lendir atau sekret-sekret yang menempel
pada dinding pernapasan dan memudahkannya mengalir ke tenggorok. Hal ini akan
lebih mempermudah anak mengeluarkan lendirnya.
Caranya:
·
Lakukan
postural drainage. Bila posisinya telentang, tepuk-tepuk (dengan posisitangan
melekuk) bagian dada sekitar 3-5 menit. Menepuk bayi cukup dilakukan dengan
menggunakan 3 jari.
·
Dalam
posisi tengkurap, tepuk-tepuk daerah punggungnya sekitar 3-5 menit.
·
Dalam
posisi miring, tepuk-tepuk daerah tubuh bagian sampingnya. Setelah itu lakukan
vibrasi (memberikan getaran) pada rongga dada dengan menggunakan tangan
(gerakannya seperti mengguncang lembut saat membangunkan anak dari tidur).
Lakukan sekitar 4- 5 kali.
3. LATIHAN BATUK
Batuk
merupakan cara efektif dan efisien untuk mengeluarkan lendir di saluran
pernapasan. Agar batuk jadi efektif maka perlu diberikan latihan batuk. Namun
latihanini hanya bisa dilakukan pada anak yang sudah bisa diajak sedikit
bekerja sama(kooperatif) atau mulai di usia batita. Untuk bayi, teknik batuk
pada fisoterapi di rumah biasanya ditiadakan. Bayi biasanya mengeluarkan lendir
dengan cara memuntahkannya.
Adapun
latihan batuk yang bisa dilakukan adalah: Anak duduk dengan agak membungkuk.
Minta ia menarik napas dalam-dalam lalu tahan dan kontraksikan otot perut. Tiup
napas lebih kuat dan batukkan.
4. LATIHAN PERNAPASAN
Latihan
ini dilakukan untuk memperbaiki dan menormalkan kembali pola pernapasan serta
membantu mengeluarkan lendir. Biasanya teknik ini dilakukan pada anak yang
mengalami sesak napas. Latihan ini bisa dilakukan pada anak yang kooperatif,
sekitar usia 3 tahun ke atas. Sebetulnya, yang paling banyak digunakan dalam
latihan ini adalah otot-otot dada bagian bawah atau dafragma.
J.
PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA
Hal-hal
yang perlu diajarkan kepada pasien dan keluarga adalah:
- Jelaskan tentang pengertian dan manfaat dari
tindakan fisioterapi dada.
- Jelaskan tentang posisi dan
teknik perkusi,vibrasi,postural drainase dan batuk efektif.
- Fisioterapi dada dilakukan di rumah untuk klien
dengan PPOM, bronkiekstatis, dan fibrosis kistik.
- Jelaskan teknik pernapasan diafragma dan
pernapasan bibir dirapatkan.
- Jelaskan bahwa postural drainase dilakukan sebelum
makan atau menjelang tidur.
- Anjurkan untuk selalu mempertahankan cairan yang
adekuat/minum yang banyak dan menjaga kelembaban udara yang adekuat
untuk mencegah kekentalan sekresi.
- Perkenalkan tanda-tanda infeksi seperti demam,
perubahan warna dan karakter sputum.
- Jelaskan bahwa tindakan dihentikan jika terdapat
gejala-gejala seperti nyeri meningkat, napas pendek meningkat, kelemahan,
kepala pening dan hemoptisis.
PEMBERIAN
OKSIGEN PADA ANAK
A.
PENGERTIAN
Pemberian
terapi oxygen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas oksigen pada
penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru melalui saluran
pernafasan dengan menggunakan alat khusus.
B. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGEN
·
Memenuhi
kekurangan oksigen
·
Membantu
kelancaran metabolisme
·
Sebagai
tindakan pengobatan
·
Mencegah
hipoksia
·
Mengurangi beban kerja alat nafas dan
jantung
C. INDIKASI
Terapi ini dilakukan pada penderita :
·
Dengan
anoksia atau hipoksia
·
Dengan kelumpuhan alat-alat pernafasan
·
Selama dan sesudah dilakukan narcose umum
·
Mendapat
trauma paru
·
Tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda , dispneu, cyanosis, apneu
·
Dalam keadaan coma
D.
METODE PEMBERIAN OKSIGEN.
Pemberian oksigen dibagi menjadi 2 tehnik yaitu :
1.
Sistem aliran rendah.
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan, menghasilkan FiO2 yang bervariasi
tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal klien. Ditujukan
untuk klien yang memerlukan oksigen, namun masih mampu bernafas dengan pola
pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan
pernafasan 16 – 20 kali permenit.
Contoh system aliran rendah yaitu :
a. Keteter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan
oksigen secara kontinyu dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan
konsentrasi 24% – 44%.
Kentungan:
Pemberian oksigen stabil, klien bebas
bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai
sebagai kateter penghisap. Kerugian :
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih
dari 45%, tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal,
dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir
nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus
dan mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah tersumbat.
b.
Kanul nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan
oksigen kontinyu dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama
dengan kateter nasal.
Keuntungan. :
Pemberian oksigen stabil dengan volume
tidal dan laju pernafasan teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter
nasal, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan
terasa nyaman.
Kerugian.:
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih
dari 44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah
lepas karena kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat mengiritasi selaput lendir.
c.
Sungkup muka sederhana.
Merupakan
alat pemberian oksigen kontinu atau selang seling 5 – 8 liter/mnt
dengan konsentrasi oksigen 40 – 60%.
Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih
tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan
melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian
terapi aerosol.
Kerugian :
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari
40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
d.
Sungkup muka dengan kantong Rebreathing.
Suatu
teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80%
dengan aliran 8 – 12 liter/mnt .
Keuntungan :
Konsentrasi
oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan
selaput lendir .
Kerugian :
Tidak
dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih
rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa
terlipat.
e.
Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing.
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi
oksigen mencapai 99% dengan aliran 8 – 12 liter/mnt dimana udara
inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi.
Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat
mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir.
Kerugian :
Kantong oksigen bisa terlipat.
2. System aliran tinggi.
Teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih
stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini
dapat menambahkan konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh
tehnik sistem aliran tinggi adalah sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu
gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan
dihimpit untuk mengatur suplai ooksigen sehingga tercipta tekanan
negatif, akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan
lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 liter/mnt dengan
konsentrasi 30 – 55%.
Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan
sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas
terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol serta tidak
terjadi penumpukan CO2.
Kerugian:
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi
rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2,
kantong oksigen bisa terlipat.
E. BAHAYA YANG
BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN OKSIGEN
Ø Kebakaran:
Tidak diijinkan merokok atau menggunakan api ketika sedang menggunakan oksigen.
Oksigen tidak meledak, namun dapat membesarkan api sehingga api akan berkobar
lebih besar lagi.
Ø Ledakan: Jangan
pernah menggunakan minyak atau pelumas di sekitar tabung oksigen. Minyak dan
pelumas yang berdekatan dengan oksigen kosentrasi tinggi dapat menyebabkan
ledakan.
Ø Kerusakan
katup: Hindari jatuhnya tabung atau penempatan tabung yang memungkinkannya untuk
jatuh. Regulator atau katup yang rusak dapat menyebabkan silinder menjadi
proyektil.
F. HAL- HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMBERIAN OKSIGEN
1.
Amati tanda-tanda vital sebelum, selama
dan sesudah pemberian oksigen
2.
Jauhkan hal-hal yang dapat membahayakan
misalnya : api, yang dapat menimbulkan kebakaran
3.
Air pelembab harus diganti setiap 24
jam dan isi sesuai batas yang ada pada botol
4.
Botol pelembab harus disimpan dalam
keadaan bersih dan kering bila tidak dipakai
5.
Nasal prong dan masker harus
dibersihkan, didesinfeksi dan disimpan kering
6.
Pemberian oksigen harus hati-hati
terutama pada penderita penyakit paru kronis karena pemberian oksigen yang
terlalu tinggi dapat mengakibatkan hipoventilasi,hypercarbia diikuti penurunan
kesadaran.
7.
Terapi oksigen sebaiknya diawali dengan
aliran 1 – 2 liter/menit, kemudian dinaikkan pelan-pelan sesuai kebutuhan
8.
Terapi O2 merupakan salah satu
intervensi keperawatan yang bersifat kolaboratif yang merupakan bagian dari
paket intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien berdasarkan diagnosa
keperawatan yang dirumuskan. Oleh karena itu maka langkah pertama yang perawat
lakukan adalah melakukan pengkajian
SUCTION PADA ANAK
A.
DEFINISI
Penghisapan lendir (suction)
merupakan suatu tindakan keperawatan yangdilakukan pada klien yang tidak mampu
untuk mengeluarkan secret secaramandiri dengan menggunakan bantuan alat
penghisap (Hidayat, 2004).Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk
mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses
pertukaran gas yangadekuat dengan cara mengeluarkan secret pada klien yang
tidak mampumengeluarkannya sendiri (Ignativicius, 1999).
B.
INDIKASI
Indikasi dilakukannya penghisapan
adalah adanya atau banyaknya secretyang menyumbat jalan nafas, ditandai dengan
:
1.
Hasil
auskultasi : ditemukan suara crackels atau ronkhi
2.
Nadi
dan laju pernafasan meningkat
3.
Ditemukan
adanya mukus pada saluran nafas
4.
Pasien yang koma
5.
Pasien
yang tidak bisa batuk karena kelumpuhan dari otot pernafasan.
6.
Bayi
atau anak dibawah umur 2 tahun
C.
KONRA INDIKASI
- Pasien
dengan stridor
- Pulmonary
oedem
- Post
pneumonectomy
D.
TUJUAN
- Untuk
memelihara saluran nafas tetap bersih.
- Untuk mengeluarkan sekret pada pasien yang tidak
mampumengeluarkan
secret sendiri.
- Diharapkan
suplay oksigen terpenuhi dengan jalan nafas yangadekuat.
E.
ALAT DAN BAHAN
- Alat
penghisap lendir dengan botol berisi larutan
- Kateter
penghisap lendir (steril)3.
- Pinset
steril
- Sarung
tangan steril
- Dua
buah kom berisi larutan aquabides atau NaCl 0.9% dan larutandesinfektan
- Kasa
steril
- Kertas
tissue
F. PROSEDUR KERJA
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Cuci
tangan
- Tempatkan
klin pada posisi supinasi dengan kepala miring kea rahperawat
- Pakai
sarung tangan
- Hubungkan
kateter penghisap dengan selang alat penghisap
- Hidupkan
mesin penghisap
- Masukkan
kateter penghisap ke dalam kom berisi aquabides atauNaCl 0.9%
untuk mempertahankan tingkat kesterilan alat
- Masukkan
kateter penghisap melalui hidung klien pada posisi tidak menghisap
- Gunakan alat penghisap dengan tekanan 95– 110 mmHg untuk
anak – anak dan tekanan 50– 95 mm Hg untuk bayi.
- Tarik
keluar kateter penghisap tidak lebih dari 5 detik untuk
anak – anak dan 3 detik untuk bayi
- Bilas
kateter penghisap dengan menggunakan aquabides atau cairanNaCl 0.9%
- Minta
klien untuk menarik nafasa dalam dan batuk di setiap jedaproses penghisapan.
- Setelah
seluruh lendir berhasil dikeluarkan, kaji jumlah, konsistensi,warna, bau
secret dan respons klien terhadap prosedur yangdilakukan
- Cuci
tangan setelah prosedur dilakukan
NEBULIZER / INHALASI
Nebulizer adalah sebuah alat yang mampu merubah
zat dalam bentuk cair ke uap. Pada umumnya Nebulizer diberikan pada orang yang
mengalami gangguan sistem pernapasan seperti batuk, pilek maupun obstruksi /
penyumbatan saluran pernapasan oleh mukus [dahak]. Nebulizer cenderung
diberikan pada bayi atau anak-anak karena usia tersebut belum mampu
mengeluarkan dahak secara optimal.
Pada penyakit ISPA [Infeksi Saluran Pernapasan Atas] yang ditandai dengan peradangan disertai batuk, pilek, adanya dahak, bisa mengganggu kebersihan jalan napas membuat aliran oksigen ke paru-paru tidak lancar, dahak inilah yang harus kita bersihkan. Untuk bisa membersihkan dan mengeluarkannya dahak harus kita buat lebih encer, disinilah fungsi pemberian Nabulizer.
Nebulizer umumnya berupa cairan yang diberi obat bronkodilator
dan ekspektoran. Bronkodilator berfungsi untuk melebarkan otot-otot saluran
pernapasan, sedangkan ekspektoran sebagai pengencer dahak. Cairan ini akan
dirubah menjadi uap oleh Nebulizer yang diberikan dengan cara menghirup uapnya.
Dengan pemberian obat melalui Nabulizer dahak akan lebih
encer dan saluran nafas lebih meluas sehingga dahak lebih mudah keluar saat
batuk dibantu dengan menepuk ringan pada bagian dada dan punggung. Manfaat
pemberian Nabulizer biasanya langsung terasa, pada kasus berat pemberian
Nabulizer harus rutin agar tidak terjadi penumpukan dahak / mukus.
Sebenarnya pengobatan dengan cara Nebulizer bukanlah teknik baru dalam pengobatan gangguan saluran pernapasan. Sebelum ada Nebulizer baskom berisi air hangat biasa digunakan untuk melegakan pernapasan dengan menghirup uap air hangat yang ada di baskom. Jika dahak terlalu lama menyumbat saluran napas dampaknya adalah gangguan oksigenasi [sesak dan kekurangan oksigen] pada jaringan tubuh -
Sebenarnya pengobatan dengan cara Nebulizer bukanlah teknik baru dalam pengobatan gangguan saluran pernapasan. Sebelum ada Nebulizer baskom berisi air hangat biasa digunakan untuk melegakan pernapasan dengan menghirup uap air hangat yang ada di baskom. Jika dahak terlalu lama menyumbat saluran napas dampaknya adalah gangguan oksigenasi [sesak dan kekurangan oksigen] pada jaringan tubuh -
Tujuan Memberikan Nebulizer : untuk memberikan obat melalui nafas
spontan klien.
1.
Oksigen set
2.
Nebulizer set
3. Cairan normal saline dan obat yang akan dipakai
4. Spuit 5 atau 10 cc.
5. Mouth piece bila perlu
6. Bengkok
7. Tisu
Lingkungan : Bersih dan tenang
Petugas : 1 orang
Prosedur Memberikan Nebulizer:
3. Cairan normal saline dan obat yang akan dipakai
4. Spuit 5 atau 10 cc.
5. Mouth piece bila perlu
6. Bengkok
7. Tisu
Lingkungan : Bersih dan tenang
Petugas : 1 orang
Prosedur Memberikan Nebulizer:
1.
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pengobatan khususnya pada klien yang
menggunakan bronkodilator.
2. Jelaskan prosedur pada klien
2. Jelaskan prosedur pada klien
3.
Atur posisi klien senyaman mungkin paling sering dalam posisi semifowler, jaga
privasi.
4. Petugas mencuci tangan.
5. Nebulizer diisi obat (sesuai program pengobatan) dan cairan normal salin ± 4-6cc.
6. Hidupkan nebulizer kemudian hubungkan nebulizer dan selangnya ke flow meter oksigen dan set aliran pada 4-5 liter/menit, atau ke kompresor udara.
7. Instruksikan klien untuk buang nafas.
8. Minta klien untuk mengambil nafas dalam melalui mouth piece, tahan nafas beberapa saat kemudian buang nafas melalui hidung.
9. Observasi pengembangan paru / dada klien.
10. Minta klien untuk bernafas perlahan-lahan dan dalam setelah seluruh obat diuapkan.
11. Selesai tindakan, anjurkan klien untuk batuk setelah tarik nafas dalam beberapa kali (teknik batuk efektif).
12. Klien dirapikan.
13. Alat dirapikan.
14. Petugas mencuci tangan.
15. Catat respon klien dan tindakan yang telah dilakukan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Perlakukan klien secara hati-hati.
2. Saat awal tindakan klien perlu didampingi sampai terlihat
tenang.
4. Petugas mencuci tangan.
5. Nebulizer diisi obat (sesuai program pengobatan) dan cairan normal salin ± 4-6cc.
6. Hidupkan nebulizer kemudian hubungkan nebulizer dan selangnya ke flow meter oksigen dan set aliran pada 4-5 liter/menit, atau ke kompresor udara.
7. Instruksikan klien untuk buang nafas.
8. Minta klien untuk mengambil nafas dalam melalui mouth piece, tahan nafas beberapa saat kemudian buang nafas melalui hidung.
9. Observasi pengembangan paru / dada klien.
10. Minta klien untuk bernafas perlahan-lahan dan dalam setelah seluruh obat diuapkan.
11. Selesai tindakan, anjurkan klien untuk batuk setelah tarik nafas dalam beberapa kali (teknik batuk efektif).
12. Klien dirapikan.
13. Alat dirapikan.
14. Petugas mencuci tangan.
15. Catat respon klien dan tindakan yang telah dilakukan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Perlakukan klien secara hati-hati.
2. Saat awal tindakan klien perlu didampingi sampai terlihat
tenang.
DAFTAR PUSTAKA
Perry, Peterson, Potter. 2005. Buku Saku Ketrampilan Dan Prosedur Dasar.
Edisi5.Alih Bahasa: Rosidah, Monika Ester. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Alih Bahasa: Agung Waluyo,dkk. Jakarta: EGC.
Kusyati Eni Ns, dkk. 2006. Ketrampilan Dan Prosedur
Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC.
trimakasih
BalasHapustrimakasih
BalasHapus