Selasa, 01 Oktober 2013

Fisio Terapi Dada

FISIOTERAPI  DADA

A.    PENGERTIAN
Fisioterapi dada adalah: suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas perkusi dan vibrasi, postural drainase, latihan pernapasan/napas dalam, dan batuk yang efektif. (Brunner & Suddarth, 2002: 647)
Tujuan: untuk membuang sekresi bronkial, memperbaiki ventilasi, dan meningkatkan efisiensi otot-otot pernapasan.
Dalam memberikan fisioterapi pada anak harus diingat keadaan anatomi dan fisiologi anak seperti pada bayi yang belum memiliki mekanisme batuk yang baik sehingga mereka tidak dapat membersihkan jalan nafas secara sempurna. Sebagai tambahan dalam memberikan fisioterapi harus didapat kepercayaan dari anak-anak karena anak-anak sering tidak kooperatif.

B.     INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI FISIOTERAPI DADA.
  1. Indikasi:
·         Terdapat penumpukan sekret pada saluran napas yang dibuktikan dengan pengkajian fisik, X Ray, dan data klinis.
·         Sulit mengeluarkan atau membatukkan sekresi yang terdapat pada saluran pernapasan.
  1. Kontra indikasi:
·       Hemoptisis
·       Penyakit jantung
·       Serangan Asma Akut
·       Deformitas struktur dinding dada dan tulang belakang.
·       Nyeri meningkat.
·       Kepala pening
·       Kelemahan.
C.     DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan fisioterapi dada adalah:
  1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mukus banyak/ sekresi yang tertahan/ sekresi di bronkus.(NANDA).
  2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental dan berlebihan(Linda Jual Carpenito).
D.    KONSEP FISIOLOGIS FISIOTERAPI DADA.
  1. Perkusi
Perkusi atau disebut clapping adalah tepukkan atau pukulan ringan pada dinding dada klien menggunakan telapak tangan yang dibentuk seperti mangkuk dengan gerakan berirama di atas segmen paru yang akan dialirkan. Perkusi dapat membantu melepaskan sekresi yang melekat pada dinding bronkus  dan bronkiolus.
  1. Vibrasi
Vibrasi adalah kompresi dan getaran kuat secara serial oleh tangan yang diletakan secara datar pada dinding dada klien selama fase ekshalasi pernapasan.Vibrasi dilakukan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi sehingga dapat melepaskan mucus kental yang melekat pada bronkus dan bronkiolus. Vibrasi dan perkusi dilakukan secara bergantian.
  1. Postural Drainase
Postural drainase adalah pengaliran sekresi dari berbagai segmen paru dengan bantuan gravitasi. Postural drainase menggunakan posisi khusus yang memungkinkan gaya gravitasi membantu mengeluarkan sekresi bronkial. Sekresi mengalir dari bronkiolus yang terkena ke bronki dan trakea lalu membuangnya dengan membatukkan dan pengisapan.
Tujuan postural drainase adalah menghilangkan atau mencegah obstruksi bronkial yang disebabkan oleh akumulasi sekresi.
Dilakukan sebelum makan (untuk mencegah mual, muntah dan aspirasi ) dan menjelang/sebelum tidur.
  1. Latihan Pernapasan/napas dalam
Latihan pernapasan adalah bentuk latihan dan praktek teratur yang dirancang dan dijalankan untuk mencapai ventilasi yang terkontrol  dan efisien serta mengurangi kerja pernapasan. Latihan pernapasan ini juga diindikasikan pada klien dispnoe dan klien yang masih dalam tahap penyembuhan setelah pembedahan thoraks.
Latihan pernapasan terdiri dari:
·         Pernapasan diafragma atau pernapasan abdominal: menggunakan diafragma dan dapat menguatkan diafragma selama pernapasan sehingga memungkinkan napas dalam secara penuh dengan sedikit usaha.
·         Pernapasan bibir dirapatkan/ pursed lip breathing: pernapasan dengan bibir dirapatkan untuk memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan tekanan jalan napas selama ekspirasi dengan demikian mengurangi jumlah udara yang terjebak dan jumlah tahanan jalan napas.

Tujuan latihan pernapasan:
·           meningkatkan inflasi alveolar yang maksimal
·           meningkatkan relaksasi otot pernapasan
·           menghilangkan atau menghindari pola aktivitas otot-otot pernapasan yang tidak berguna dan tidak terkoordinasi
·           menurunkan frekuensi pernapasan
·           mengurangi kerja pernapasan
·           menghilangkan ansietas.

  1. Batuk Efektif
Batuk efektif merupakan latihan batuk untuk mengeluarkan sekresi. Setiap tiga atau empat kali perkusi vibrasi klien didorong untuk batuk efektif.

E.     HINDARI FISIOTERAPI BILA:
1.      Kondisi batuk pilek yang dialami anak tergolong berat atau disertai demam.
2.      Anak mengalami sesak yang parah karena dengan fisioterapi malah bisa menambah sesaknya.
3.      Anak baru saja menghabiskan makannya karena dapat mengakibatkan muntah.

F.      SYARAT FISIOTERAPI
1.      Sebelumnya, anak sudah banyak minum air putih.
2.      Pakaian yang dikenakan harus longgar.
3.      Ruangan yang dipakai tidak banyak berdebu, tidak lembap, ventilasi udara baik.
4.      Tersedia perlengkapan yang dibutuhkan:
·         bantal
·         tempat tidur dan kursi
·         alat nebulizer

G.    ASPEK KEAMANAN DAN KESELAMATAN
1.      Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah yang mudah terjadi cedera,seperti mammae, sternum, dan ginjal
2.      Saat melakukan tindakan perkusi dan vibrasi pada anak harus diperhatikan tekanannya jangan sampai menimbulkan fraktur
3.      Sebelum melakukan fisioterapi dada sebaiknya apabila anak belum minum air hangat anjurkan untuk minum air hangat untuk membantu mengencerkan sekretnya




H.    KONDISI YANG MENGIZINKAN FISIOTERAPI
·         Dokter menyarankan anak menjalani fisioterapi.
·         Batuk-pilek ringan (tidak disertai demam dan lamanya belum lebih dari 3 hari).


I.       TAHAPAN FISIOTERAPI
1.        Postural Drainage
Tahapan ini disebut juga dengan postural drainage, yakni pengaturan posisi tubuhuntuk membantu mengalirkan lendir yang terkumpul di suatu area ke arah cabang bronchus utama (saluran napas utama) sehingga lendir bisa dikeluarkan dengan cara dibatukkan. Untuk itu, orang tua mesti mengetahui di mana letak lendir berkumpul.
Caranya:

·         Taruh tangan di bagian dada atau punggung anak.
·         Minta anak menarik nafas dalam-dalam lalu keluarkan melalui mulut secara perlahan.
·         Dekatkan telinga kita ke tubuhnya dan dengarkan asal bunyi lendir. Biasanya lendir yang mengumpul akan menimbulkan suara. Atau, rasakan getarannya.
·         Setelah letak lendir berhasil ditemukan, atur posisi anak:

    Bila lendir berada di paru-paru bawah maka letak kepala harus lebih rendah dari dada agar lendir mengalir ke arah bronkhus utama. Posisi anak dalam keadaan tengkurap.
    Kalau posisi lendir di paru-paru bagian atas maka kepala harus lebih tinggi agar
lendir mengalir ke cabang utama. Posisi anak dalam keadaan telentang.

    Kalau lendir di bagian paru-paru samping/lateral, maka posisikan anak dengan miring ke samping, tangan lurus ke atas kepala dan kaki seperti memeluk guling.


2.      PERKUSI DAN VIBRASI
Teknik pemukulan ritmik dilakukan dengan telapak tangan yang melekuk pada dinding dada atau punggung. Tujuannya melepaskan lendir atau sekret-sekret yang menempel pada dinding pernapasan dan memudahkannya mengalir ke tenggorok. Hal ini akan lebih mempermudah anak mengeluarkan lendirnya.
Caranya:
·         Lakukan postural drainage. Bila posisinya telentang, tepuk-tepuk (dengan posisitangan melekuk) bagian dada sekitar 3-5 menit. Menepuk bayi cukup dilakukan dengan menggunakan 3 jari.
·         Dalam posisi tengkurap, tepuk-tepuk daerah punggungnya sekitar 3-5 menit.
·         Dalam posisi miring, tepuk-tepuk daerah tubuh bagian sampingnya. Setelah itu lakukan vibrasi (memberikan getaran) pada rongga dada dengan menggunakan tangan (gerakannya seperti mengguncang lembut saat membangunkan anak dari tidur). Lakukan sekitar 4- 5 kali.


3.      LATIHAN BATUK
Batuk merupakan cara efektif dan efisien untuk mengeluarkan lendir di saluran pernapasan. Agar batuk jadi efektif maka perlu diberikan latihan batuk. Namun latihanini hanya bisa dilakukan pada anak yang sudah bisa diajak sedikit bekerja sama(kooperatif) atau mulai di usia batita. Untuk bayi, teknik batuk pada fisoterapi di rumah biasanya ditiadakan. Bayi biasanya mengeluarkan lendir dengan cara memuntahkannya.
Adapun latihan batuk yang bisa dilakukan adalah: Anak duduk dengan agak membungkuk. Minta ia menarik napas dalam-dalam lalu tahan dan kontraksikan otot perut. Tiup napas lebih kuat dan batukkan.

4.      LATIHAN PERNAPASAN
Latihan ini dilakukan untuk memperbaiki dan menormalkan kembali pola pernapasan serta membantu mengeluarkan lendir. Biasanya teknik ini dilakukan pada anak yang mengalami sesak napas. Latihan ini bisa dilakukan pada anak yang kooperatif, sekitar usia 3 tahun ke atas. Sebetulnya, yang paling banyak digunakan dalam latihan ini adalah otot-otot dada bagian bawah atau dafragma.


J.       PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA
Hal-hal yang perlu diajarkan kepada pasien dan keluarga adalah:
  1. Jelaskan tentang pengertian dan manfaat dari tindakan fisioterapi dada.
  2. Jelaskan tentang posisi dan teknik perkusi,vibrasi,postural drainase dan batuk efektif.
  3. Fisioterapi dada dilakukan di rumah untuk klien dengan PPOM, bronkiekstatis, dan fibrosis kistik.
  4. Jelaskan teknik pernapasan diafragma dan pernapasan bibir dirapatkan.
  5. Jelaskan bahwa postural drainase dilakukan sebelum makan atau menjelang tidur.
  6. Anjurkan untuk selalu mempertahankan cairan yang adekuat/minum yang banyak  dan menjaga kelembaban udara yang adekuat untuk mencegah kekentalan sekresi.
  7. Perkenalkan tanda-tanda infeksi seperti demam, perubahan warna dan karakter sputum.
  8. Jelaskan bahwa tindakan dihentikan jika terdapat gejala-gejala seperti nyeri meningkat, napas pendek meningkat, kelemahan, kepala pening dan hemoptisis.

PEMBERIAN OKSIGEN PADA ANAK
A.    PENGERTIAN
Pemberian terapi oxygen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas oksigen pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat khusus.

B.     TUJUAN PEMBERIAN OKSIGEN
·         Memenuhi kekurangan oksigen
·         Membantu kelancaran metabolisme
·         Sebagai tindakan pengobatan
·         Mencegah hipoksia
·         Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung

C.     INDIKASI
Terapi ini dilakukan pada penderita :
·         Dengan anoksia atau hipoksia
·         Dengan kelumpuhan alat-alat pernafasan
·         Selama dan sesudah dilakukan narcose umum
·         Mendapat trauma paru
·         Tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda , dispneu, cyanosis, apneu
·         Dalam keadaan coma
D.    METODE PEMBERIAN OKSIGEN.

Pemberian oksigen dibagi menjadi 2 tehnik yaitu :
1.      Sistem aliran rendah.
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan, menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal klien. Ditujukan untuk klien yang memerlukan oksigen, namun masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit.

Contoh system aliran rendah yaitu :

a.       Keteter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% – 44%.
Kentungan:
Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.   Kerugian :
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 45%, tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah tersumbat.

b.      Kanul nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal.
Keuntungan. :
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman.
Kerugian.:
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat mengiritasi selaput lendir.

c.       Sungkup muka sederhana.
Merupakan alat pemberian oksigen kontinu atau selang seling 5 – 8 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 – 60%.
Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
Kerugian :
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.

d.      Sungkup muka dengan kantong Rebreathing.
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran 8 – 12 liter/mnt .
 Keuntungan :
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir .
Kerugian :
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.

e.       Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing.
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen mencapai 99% dengan aliran 8 – 12 liter/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi.
Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir.
Kerugian :
Kantong oksigen bisa terlipat.

2.      System aliran tinggi.
Teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh tehnik sistem aliran tinggi adalah sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai ooksigen sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 liter/mnt dengan konsentrasi 30 – 55%.
Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2.
Kerugian:
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.
E.     BAHAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN OKSIGEN
Ø  Kebakaran: Tidak diijinkan merokok atau menggunakan api ketika sedang menggunakan oksigen. Oksigen tidak meledak, namun dapat membesarkan api sehingga api akan berkobar lebih besar lagi.
Ø  Ledakan: Jangan pernah menggunakan minyak atau pelumas di sekitar tabung oksigen. Minyak dan pelumas yang berdekatan dengan oksigen kosentrasi tinggi dapat menyebabkan ledakan.
Ø  Kerusakan katup: Hindari jatuhnya tabung atau penempatan tabung yang memungkinkannya untuk jatuh. Regulator atau katup yang rusak dapat menyebabkan silinder menjadi proyektil.
F.      HAL- HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMBERIAN OKSIGEN
1.         Amati tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah pemberian oksigen
2.         Jauhkan hal-hal yang dapat membahayakan misalnya : api, yang dapat menimbulkan kebakaran
3.         Air pelembab harus diganti setiap 24 jam dan isi sesuai batas yang ada pada botol
4.         Botol pelembab harus disimpan dalam keadaan bersih dan kering bila tidak dipakai
5.         Nasal prong dan masker harus dibersihkan, didesinfeksi dan disimpan kering
6.         Pemberian oksigen harus hati-hati terutama pada penderita penyakit paru kronis karena pemberian oksigen yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan hipoventilasi,hypercarbia diikuti penurunan kesadaran.
7.         Terapi oksigen sebaiknya diawali dengan aliran 1 – 2 liter/menit, kemudian dinaikkan pelan-pelan sesuai kebutuhan
8.         Terapi O2 merupakan salah satu intervensi keperawatan yang bersifat kolaboratif yang merupakan bagian dari paket intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien berdasarkan diagnosa keperawatan yang dirumuskan. Oleh karena itu maka langkah pertama yang perawat lakukan adalah melakukan pengkajian

SUCTION PADA ANAK

A.    DEFINISI
Penghisapan lendir (suction) merupakan suatu tindakan keperawatan yangdilakukan pada klien yang tidak mampu untuk mengeluarkan secret secaramandiri dengan menggunakan bantuan alat penghisap (Hidayat, 2004).Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yangadekuat dengan cara mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampumengeluarkannya sendiri (Ignativicius, 1999).



B.     INDIKASI
Indikasi dilakukannya penghisapan adalah adanya atau banyaknya secretyang menyumbat jalan nafas, ditandai dengan :
1.      Hasil auskultasi : ditemukan suara crackels atau ronkhi
2.      Nadi dan laju pernafasan meningkat
3.      Ditemukan adanya mukus pada saluran nafas
4.      Pasien yang koma
5.      Pasien yang tidak bisa batuk karena kelumpuhan dari otot pernafasan.
6.      Bayi atau anak dibawah umur 2 tahun


C.     KONRA INDIKASI
  1. Pasien dengan stridor
  2. Pulmonary oedem
  3. Post pneumonectomy

D.    TUJUAN
  1. Untuk memelihara saluran nafas tetap bersih.
  2. Untuk mengeluarkan sekret pada pasien yang tidak mampumengeluarkan secret sendiri.
  3. Diharapkan suplay oksigen terpenuhi dengan jalan nafas yangadekuat.


E.     ALAT DAN BAHAN
  1. Alat penghisap lendir dengan botol berisi larutan  
  2. Kateter penghisap lendir (steril)3.
  3. Pinset steril
  4. Sarung tangan steril
  5. Dua buah kom berisi larutan aquabides atau NaCl 0.9% dan larutandesinfektan
  6. Kasa steril
  7. Kertas tissue


F.      PROSEDUR KERJA
  1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
  2. Cuci tangan
  3. Tempatkan klin pada posisi supinasi dengan kepala miring kea rahperawat
  4. Pakai sarung tangan
  5. Hubungkan kateter penghisap dengan selang alat penghisap
  6. Hidupkan mesin penghisap
  7. Masukkan kateter penghisap ke dalam kom berisi aquabides atauNaCl 0.9% untuk mempertahankan tingkat kesterilan alat
  8. Masukkan kateter penghisap melalui hidung klien pada posisi tidak menghisap
  9. Gunakan alat penghisap dengan tekanan 95– 110 mmHg untuk anak – anak dan tekanan 50– 95 mm Hg untuk bayi.
  10. Tarik keluar kateter penghisap tidak lebih dari 5 detik untuk anak – anak dan 3 detik untuk bayi
  11. Bilas kateter penghisap dengan menggunakan aquabides atau cairanNaCl 0.9%
  12. Minta klien untuk menarik nafasa dalam dan batuk di setiap jedaproses penghisapan.
  13. Setelah seluruh lendir berhasil dikeluarkan, kaji jumlah, konsistensi,warna, bau secret dan respons klien terhadap prosedur yangdilakukan
  14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan


NEBULIZER / INHALASI
Nebulizer adalah sebuah alat yang mampu merubah zat dalam bentuk cair ke uap. Pada umumnya Nebulizer diberikan pada orang yang mengalami gangguan sistem pernapasan seperti batuk, pilek maupun obstruksi / penyumbatan saluran pernapasan oleh mukus [dahak]. Nebulizer cenderung diberikan pada bayi atau anak-anak karena usia tersebut belum mampu mengeluarkan dahak secara optimal.

Pada penyakit ISPA [Infeksi Saluran Pernapasan Atas] yang ditandai dengan peradangan disertai batuk, pilek, adanya dahak, bisa mengganggu kebersihan jalan napas membuat aliran oksigen ke paru-paru tidak lancar, dahak inilah yang harus kita bersihkan. Untuk bisa membersihkan dan mengeluarkannya dahak harus kita buat lebih encer, disinilah fungsi pemberian Nabulizer.





Description: Pemberian Nebulizer Pada  Anak Yang Batuk 








Nebulizer umumnya berupa cairan yang diberi obat bronkodilator dan ekspektoran. Bronkodilator berfungsi untuk melebarkan otot-otot saluran pernapasan, sedangkan ekspektoran sebagai pengencer dahak. Cairan ini akan dirubah menjadi uap oleh Nebulizer yang diberikan dengan cara menghirup uapnya.


Dengan pemberian obat melalui Nabulizer dahak akan lebih encer dan saluran nafas lebih meluas sehingga dahak lebih mudah keluar saat batuk dibantu dengan menepuk ringan pada bagian dada dan punggung. Manfaat pemberian Nabulizer biasanya langsung terasa, pada kasus berat pemberian Nabulizer harus rutin agar tidak terjadi penumpukan dahak / mukus.

Sebenarnya pengobatan dengan cara Nebulizer bukanlah teknik baru dalam pengobatan gangguan saluran pernapasan. Sebelum ada Nebulizer baskom berisi air hangat biasa digunakan untuk melegakan pernapasan dengan menghirup uap air hangat yang ada di baskom. Jika dahak terlalu lama menyumbat saluran napas dampaknya adalah gangguan oksigenasi [sesak dan kekurangan oksigen] pada jaringan tubuh -

Tujuan Memberikan Nebulizer : untuk memberikan obat melalui nafas spontan klien.



Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmPGs0xyKxPtQifH2zP96LyTl_p0E87BYARlgzv8PbX0i85oAAwvTjEyo44-de60O0lMOMm1fWeWHHIvPN_S5LPMkY41-2_LczW50giQaibgTwSsiAQ3-w_Ji41-AXW5AIoEy1Z5MudLsu/s320/Cara+Pakai+Nebulizer.jpgPersiapan Memberikan Nebulizer
Alat dan obat :










1. Oksigen set
2. Nebulizer set
3. Cairan normal saline dan obat yang akan dipakai
4. Spuit 5 atau 10 cc.
5. Mouth piece bila perlu
6. Bengkok
7. Tisu
Lingkungan : Bersih dan tenang
Petugas : 1 orang

Prosedur Memberikan Nebulizer:
1. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pengobatan khususnya pada klien yang menggunakan bronkodilator.
2. Jelaskan prosedur pada klien
3. Atur posisi klien senyaman mungkin paling sering dalam posisi semifowler, jaga privasi.
4. Petugas mencuci tangan.
5. Nebulizer diisi obat (sesuai program pengobatan) dan cairan normal salin ± 4-6cc.
6. Hidupkan nebulizer kemudian hubungkan nebulizer dan selangnya ke flow meter oksigen dan set aliran pada 4-5 liter/menit, atau ke kompresor udara.
7. Instruksikan klien untuk buang nafas.
8. Minta klien untuk mengambil nafas dalam melalui mouth piece, tahan nafas beberapa saat kemudian buang nafas melalui hidung.
9. Observasi pengembangan paru / dada klien.
10. Minta klien untuk bernafas perlahan-lahan dan dalam setelah seluruh obat diuapkan.
11. Selesai tindakan, anjurkan klien untuk batuk setelah tarik nafas dalam beberapa kali (teknik batuk efektif).
12. Klien dirapikan.
13. Alat dirapikan.
14. Petugas mencuci tangan.
15. Catat respon klien dan tindakan yang telah dilakukan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Perlakukan klien secara hati-hati.
2. Saat awal tindakan klien perlu didampingi sampai terlihat
tenang.











DAFTAR PUSTAKA

Perry, Peterson, Potter. 2005. Buku Saku Ketrampilan Dan Prosedur Dasar. Edisi5.Alih Bahasa: Rosidah, Monika Ester. Jakarta: EGC.


Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Alih Bahasa: Agung Waluyo,dkk. Jakarta: EGC.


Kusyati Eni Ns, dkk. 2006. Ketrampilan Dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC.


2 komentar: